APAKAH BISA KEKURANGAN BEBAN MENGAJAR 24 JAM BISA TERPENUHI DENGAN AKTIVITAS LUAR ?

Thursday, 7 August 2014


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh terus menenangkan guru yang khawatir hak finansialnya hilang akibat penerapan Kurikulum 2013. Pengurangan beban mengajar akibat kurikulum baru, dijanjikan bisa diganti aktivitas pembelajaran di luar kelas.
Mohammad Nuh mengatakan diantara jam mengajar yang berkurang ada di mata pelajaran bahasa Inggris. "Dulu bahasa Inggris itu enam jam, sekarang empat jam. Bahasa Indonesia dulu empat jam, sekarang enam jam," katanya kemarin.
Dalam struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), jumlah jam pelajaran bahasa Inggris adalah empat kali tatap muka per pekan. Tetapi sekolah diberi kesempatan untuk menambah tatap muka bahasa Inggris melalui kelompok muatan lokal, hingga menjadi enam kali tatap muka per pekan.
Tetapi dalam Kurikulum 2013 ini, Mohammad Nuh menegaskan bahwa jumlah jam mata pelajaran bahasa Inggris adalah empat kali tatap muka per pekan. "Kita menambah jumlah jam bahasa Indonesia, karena ingin menekankan bahasa Indonesia. Ini bahasa kita sendiri," tandasnya.
Mohammad Nuh mengakui dengan pengurangan jumlah tatap muka bahasa Inggris itu, berdampak pada guru-guru yang sudah mendapatkan tunjangan profesi guru (TPG). Dia mengatakan aturan guru memperoleh tunjangan itu adalah, mengajar minimal 24 jam tatap muka per pecan.
"Lalu bagaimana dengan nasib guru-guru bahasa Inggris? Saya jamin tetap mendapatkan TPG," katanya. Skenarionya adalah, pada perhitungan mengajar di kelas bisa jadi berkurang dan tidak sampai 24 jam pelajaran atau tatap muka per pekan. Tetapi kekurangan itu bisa diganti dengan aktivitas di luar kelas. Misalnya para guru bahasa Inggris berinisiatif membuat pusat-pusat atau kelompok pembelajaran Inggris. "Aktivitas guru di luar kelas itu bisa dihitung sebagai beban mengajar, ada hitungannya sendiri," kata dia.
Permasalahan berkurangnya jam mengajar tidak hanya menimpa guru Bahasa Inggris SMA, tetapi juga guru kelas 1 dan 2 SD terancam tidak mendapatkan TPG lagi. Seperti diketahui, syarat utama untuk mendapatkan TPG adalah mengajar selama 24 jam pelajaran atau tatap muka per pekan. Sedangkan saat ini, guru-guru kelas 1 dan 2 SD hanya mengajar selama 22 jam pelajaran per pekan. Jumlah jam mengajar guru kelas 1 dan 2 SD ini tereduksi dari penambahan jam pelajaran agama dan pendidikan jasmasi olahraga,” kata Sulistyo (Ketua Umum PG PGRI Sulistyo).
Sulistyo mengatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus segera mengeluarkan kebijakan darurat atas kondisi ini. Dia menuturkan pemberian TPG itu menggunakan sistem data pokok pendidikan (dapodik). “Sistem itu berbasis komputer,” paparnya. Ketika ada guru yang tidak lagi mengajar 24 jam pelajaran per pekan, otomatis masuk kriteria tidak layak menerima TPG.
Keresahan para guru kelas 1 dan 2 SD itu bukan omong kosong. Ketika Mendikbud Mohammad Nuh berkunjung ke Provinsi Papua, dia menerima keluhan langsung dari para guru. “Dengan berlakunya Kurikulum 2013 ini kami takut tidak mencapai 24 jam pelajaran perpekan pak Menteri. Lalu sertifikasi dicabut dan tidak ada insentif,” kata seorang guru.
Menjawab kegelisahan itu, Mohammad Nuh menjelaskan perhitungan beban mengajar bisa ditambah dengan kegiatan di luar kegiatan tatap muka di kelas. Namun upaya ini harus mengubah peraturan pemerintah (PP) terkait pencairan TPG. Sayangnya sampai sekarang revisi PP itu tersendat di Kemendikbud.
Mohammad Nuh mengatakan skema penambahan beban tatap muka itu tidak sampai menunggu PP rampung. Dia menuturkan sudah mengeluarkan Peraturan Menteri tetang penerapan Kurikulum 2013. “Jadi tidak perlu gelisah,” kata Mohammad Nuh mencoba meredam kegelisahan guru.
Mohammad Nuh menjamin bahwa implementasi Kurikulum 2013 ini tidak akan mengubah status guru yang awalnya berhak mendapatkan TPG menjadi tidak berhak lagi. Khusus untuk kegiatan di luar kelas sebagai penganti beban mengajar, Mohammad Nuh mengatakan tidak hanya dipakai untuk guru-guru bahasa Inggris saja. Tetapi juga bisa digunakan untuk guru-guru mata pelajaran lain, yang merasa jumlah tatap muka di kelas kurang banyak. Melalui perhitungan ini, Mohammad Nuh mengatakan bisa dipakai solusi banyaknya guru yang berlari-lari mengajar di banyak sekolah. Tujuan mereka mengajar di banyak sekolah itu demi mengejar target beban mengajar 24 kali tatap muka per pekan
Apakah janji Bapak Mohammad Nuh itu terbukti, perlu ditunggu saat penerbitan SKTP periode 2 tahun 2014 yang dijadwalkan bulan September 2014 atau saat pencairan TPG triwulan 3 tahun 2014 nanti.
SUMBER: http://ainamulyana.blogspot.com/2014/07/mendikbud-janji-kekurangan-beban.html
Share on :

No comments:

 
Copyright © 2015 SEDUGU
Distributed By My Blogger Themes | Design By Muhammad Faisal