upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memotivasi belajar anak adalah sebagai berikut :
1. Jalin hubungan yang harmonis dengan kasih sayang thdp anak.
Hubungan yang dekat dan harmonis dengan anak merupakan prasyarat untuk
dapat mengenali karakteristik anak yang penting dalam rangka memberikan
motivasi belajar kepada anak.
2. Kenali karakteristik anak.
Karakteristik anak demikian unik, maksudnya bahwa tidak ada dua individu anak yang memiliki karakteristik sifat, bakat, kemampuan yang sama. Itulah sebabnya, dalam memberikan dorongan belajarnya pun harus disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersangkutan, sehingga anak tersebut akan meresponnya dengan perasaan senang. Untuk dapat menanamkan agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka guru dan orang tua terlebih dahulu harus mengenali bakat, minat, dan kemampuan seorang anak.
3. Tanamkan cara pandang yang positif tentang manfaat belajar.
Cara pandang adalah suatu kecenderungan seseorang dalam menginterpretasikan sesuatu hal yang dapat menentukan suatu penilaian dan sekaligus mempengaruhi respon kita terhadap sesuatu hal termasuk masalah belajar. Dengan cara pandang yang positif terhadap manfaat belajar, maka seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
4. Tumbuhkan cita-cita anak setinggi-tingginya.
Dengan tertanamnya suatu cita-cita yang tinggi mau tidak mau akan mendorong seseorang untuk berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Dengan tumbuhnya cita-cita pada seorang anak, maka akan menjadi pendorong untuk giat belajar tanpa merasa terpaksa dan tertekan.
5. Ubah perspektif anak bahwa belajar itu tidak sulit.
Banyak terjadi kalah sebelum berperang. Bila seorang anak mendengar kata misalnya ”pelajaran matematika”, biasanya langsung terbayang bahwa pelajaran matematika itu suatu pelajaran yang sulit, dan bisa diduga untuk selanjutnya anak menjadi enggan dan takut untuk belajar matematika. Padahal bila dia tidak memiliki gambaran yang negatif dan berupaya mempelajari pelajaran matematika tersebut, bisa jadi dia sebaliknya akan menyenangi pelajaran matematika itu. Oleh sebab itu, penting sekali kepada seorang anak diberikan gambaran bahwa semua pelajaran itu tidak ada yang sulit bila kita mau mempelajarinya dengan baik.
6. Layani dan fasilitasi belajar anak dengan baik.
Guru dan orang tua harus mengubah paradigma lama yang memandang bahwa guru dan orang tua yang menentukan segala-galanya, dengan paradigma baru yang memposisikan bahwa guru dan orang tua sebagai fasilitator yang bijaksana yang memfasilitasi agar seorang anak dapat mengembangkan potensi dirinya baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Karakteristik anak demikian unik, maksudnya bahwa tidak ada dua individu anak yang memiliki karakteristik sifat, bakat, kemampuan yang sama. Itulah sebabnya, dalam memberikan dorongan belajarnya pun harus disesuaikan dengan karakteristik anak yang bersangkutan, sehingga anak tersebut akan meresponnya dengan perasaan senang. Untuk dapat menanamkan agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka guru dan orang tua terlebih dahulu harus mengenali bakat, minat, dan kemampuan seorang anak.
3. Tanamkan cara pandang yang positif tentang manfaat belajar.
Cara pandang adalah suatu kecenderungan seseorang dalam menginterpretasikan sesuatu hal yang dapat menentukan suatu penilaian dan sekaligus mempengaruhi respon kita terhadap sesuatu hal termasuk masalah belajar. Dengan cara pandang yang positif terhadap manfaat belajar, maka seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
4. Tumbuhkan cita-cita anak setinggi-tingginya.
Dengan tertanamnya suatu cita-cita yang tinggi mau tidak mau akan mendorong seseorang untuk berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Dengan tumbuhnya cita-cita pada seorang anak, maka akan menjadi pendorong untuk giat belajar tanpa merasa terpaksa dan tertekan.
5. Ubah perspektif anak bahwa belajar itu tidak sulit.
Banyak terjadi kalah sebelum berperang. Bila seorang anak mendengar kata misalnya ”pelajaran matematika”, biasanya langsung terbayang bahwa pelajaran matematika itu suatu pelajaran yang sulit, dan bisa diduga untuk selanjutnya anak menjadi enggan dan takut untuk belajar matematika. Padahal bila dia tidak memiliki gambaran yang negatif dan berupaya mempelajari pelajaran matematika tersebut, bisa jadi dia sebaliknya akan menyenangi pelajaran matematika itu. Oleh sebab itu, penting sekali kepada seorang anak diberikan gambaran bahwa semua pelajaran itu tidak ada yang sulit bila kita mau mempelajarinya dengan baik.
6. Layani dan fasilitasi belajar anak dengan baik.
Guru dan orang tua harus mengubah paradigma lama yang memandang bahwa guru dan orang tua yang menentukan segala-galanya, dengan paradigma baru yang memposisikan bahwa guru dan orang tua sebagai fasilitator yang bijaksana yang memfasilitasi agar seorang anak dapat mengembangkan potensi dirinya baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.